proses terjadinya perang makassar
IPS
Haniifahespaka
Pertanyaan
proses terjadinya perang makassar
2 Jawaban
-
1. Jawaban Mheryy
Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1654-1660), Kerajaan Makassar mencapai puncak kejayaannya. Ia berhasil membangun Makassar menjadi kerajaan yang menguasai jalur perdagangan di wilayah Indonesia Bagian Timur. Pada masa Hasanuddin terjadi peristiwa yang sangat penting. Persaingan antara Goa-Tallo (Makassar) dengan Bone yang berlangsung cukup lama diakhiri dengan keterlibatan Belanda dalam Perang Makassar (1660-1669). Perang ini juga disulut oleh perilaku orang-orang Belanda yang menghalang-halangi pelaut Makassar membeli rempah-rempah dari Maluku dan mencoba ingin memonopoli perdagangan. Sebagai salah satu kota dan Bandar niaga di Asia Tenggara, Somba Opu memiliki setidak – tidaknya lima konsul dagang Eropa sebagai tempat perwakilan dagang Negara – Negara Eropa di kerajaan itu. Konsulat dagang yang ada di Somba Opu antara lain, Konsulat Portugis, Konsulat Denmark, Konsulat Inggris, Konsulat Spanyol dan Konsulat Belanda. Namun Konsulat Belanda menarik diri pada tahun 1661 karena perang. -
2. Jawaban GekTina
Pada abad ke-17 di Sulawesi Selatan telah muncul beberapa kerajaan kecil
seperti Gowa, Tello, Sopeng, dan Bone. Di antara kerajaan tersebut yang
muncul menjadi kerajaan yang paling kuat ialah Gowa, yang lebih dikenal
dengan nama Makasar. Usaha penetrasi kekuasaan terhadap Makasar oleh VOC dalam rangka
melaksanakan monopolinya menyebabkan hubungan Makasar - VOC yang semula
baik menjadi retak bahkan akhirnya menjadi perlawanan. Hal ini
dikarenakan Makasar selalu menerobos monopoli VOC dan selalu membantu
rakyat Maluku melawan Kompeni
Pertempuran besar meletus pada tahun
1666, ketika Makasar di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin
(1654-1670). Dalam hal ini VOC berkoalisi dengan Kapten Jonker dari
Ambon, Aru Palaka dari Bone, dan di pihak VOC sendiri dipimpin oleh
Speelman. Makasar dikepung dari darat dan laut, yang akhirnya pertahanan
Makasar berhasil dipatahkan oleh VOC. Para pemimpin yang tidak mau
menyerah, seperti Karaeng Galesung dan Karaeng Bontomarannu melarikan
diri ke Jawa (membantu perlawanan Trunojoyo)
Sultan Hasanuddin dipaksa
menandatangani Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667. Sultan Hasanuddin walaupun telah menandatangani perjanjian tersebut,
karena dirasa sangat berat dan sangat menindas; maka perlawanan muncul
kembali (1667-1669). Makasar berhasil dihancurkan dan dinyatakan menjadi
milik VOC.