Konflik dari novel crenshaw
B. Indonesia
Devansyahh
Pertanyaan
Konflik dari novel crenshaw
1 Jawaban
-
1. Jawaban Kawitarka
Jackson tidak seperti anak kebanyakan. Jika anak-anak lain selalu takjub dengan sesuatu berbau fantasi dan imajiner, Jackson selalu lebih suka dengan penjelasan ilmiah karena ia bercita-cita menjadi seorang ilmuwan. Ia bahkan pernah diusir dari sebuah mall karena mengatakan pada seorang anak bahwa Kelinci Paskah di sana hanyalah bohongan dan ada orang di dalamnya, yang membuat anak itu akhirnya menangis meraung-raung.
…orang-orang tidak selalu senang mendengar sesuatu yang benar. ㅡ hal. 14
Namun meski ia penggemar fakta dan kebenaran, ada suatu ketika di mana ia bertemu dengan kucing aneh yang hanya bisa dilihat oleh dirinya sendiri. Crenshaw namanya, dan ia yang menamainya demikian.
…aku menyukai nama Crenshaw. Seolah-olah kau memiliki secarik kertas kosong yang belum kau beri gambar.
Itu juga jenis nama yang memberi kesan bahwa segala sesuatu tidak mustahil terjadi. ㅡ hal. 25
Crenshaw adalah teman khayalannya saat ia duduk di bangku kelas dua. Kala itu, keluarganyaㅡyang tidak cukup beradaㅡmemiliki kesulitan keuangan yang membuat mereka harus banyak berkorban dan menderita agar bisa tetap hidup. Di saat-saat sulit itulah Crenshaw datang untuk menemaninya. Namun saat keadaan keluarganya sedikit terkendali, Crenshaw menghilang begitu saja.
Sampai akhirnya kucing itu kembali lagi ke kehidupannyaㅡmuncul di kamar mandi rumahnyaㅡsaat sekali lagi keluarga Jackson tengah dirundung krisis ekonomi serupa. Masalahnya, kali ini Jackson tidak butuh teman khayalan yang tidak nyata dan tidak bisa dijelaskan kelogisannya. Ia ingin keajaiban yang mampu mengubah situasi keluarganya. Ia lelah dengan segala masalah keluarga yang menyeretnya pula dalam kesulitan.
“Teman-teman khayalan tidak muncul seenak dengkul mereka sendiri. Kami diundang. Kami akan tinggal selama yang diperlukan. Dan, baru setelah itulah kami akan pergi.” ㅡ hal. 58
.
.
.
Kalaupun ada yang membuat saya tertarik untuk membaca buku ini, itu adalah cover bukunya yang menampilkan kucing gendut besar dengan senyum yang tampan(?). Saya penggemar kucing dan karena itulah saya tertarik untuk membacanya begitu salah seorang teman bookstagrammer mengunggah foto ini beserta caption yang mengatakan bukunya menarik.
Saya pikir ini buku tentang kucing atau hantu kucing atau apapun itu yang berhubungan dengan kucing. Namun rupanya saya salah besar, buku ini menceritakan sesuatu yang lebih yang bahkan nggak saya kira sama sekali.
Oke, jadi di buku ini kita akan diajak berkenalan dengan Jackson. Bocah laki-laki berumur kurang lebih 10-11 tahun yang hidup dalam keluarga dengan ekonomi pas-pasan. Kedua orangtuanya tidak punya pekerjaan tetap dan mereka banyak dililit hutang. Dari sini saya sudah bisa mengambil kesimpulan kalau buku ini akan sarat makna.
Dari cerita, kita akan tahu bahwa Jackson ini anak yang dewasa melampaui usianya sendiri. Mungkin dikarenakan cita-citanya yang ingin menjadi ilmuwan, ditambah situasi keluarganya yang membuatnya harus banyak menerima dan mengerti. Mungkin saya memang nggak pernah ada di posisi Jackson, tapi saya cukup memahami situasi di mana saya tidak punya pilihan lain selain menerima kenyataan. Karena itu saya cukup menghayati membaca buku ini.
Tema keluarga sangat kental dalam buku ini. Konflik yang disuguhkan pun adalah problem keluarga yang sudah sangat lazim kita temukan di sekitar lingkungan kita sendiri. Jadi akan mudah bagi kita untuk mengikutinya.
Dituturkan lewat sudut pandang Jackson, membuat kita benar-benar bisa memahami bagaimana perjuangan Jackson untuk bisa memahami kondisi keluarganya ini. Dan meski alurnya maju-mundurㅡalur yang sebisa mungkin saya hindariㅡnamun ceritanya dituturkan dengan baik, jadi saya masih tetap bisa menikmatinya.
Selain Jackson, kita akan bertemu dengan tokoh yang lain. Seperti kedua orangtua Jackson, Robin si bungsu, Aretha si anjing peliharaan, dan tentu saja Crenshaw si kucing imajiner sendiri.
Crenshaw sendiri sebenarnya tidak terlalu banyak memiliki part dalam cerita maupun berdialog. Kehadirannya lebih banyak dituturkan lewat narasi Jackson. Namun dari situ kita tahu bahwa Crenshaw benar-benar mampu menjadi teman Jackson yang baik saat Jackson mengalami masa-masa sulit karena kondisi keluarganya.
“Crenshaw” punya bahasa yang ringan. Mengambil sudut pandang Jackson yang merupakan siswa SD, jadi gaya berceritanya pun menyesuaikan anak seusianya. Karena itulah menurut saya buku ini bisa dinikmati oleh segala umur. Bahkan anak-anak ada baiknya dikenalkan juga oleh cerita-cerita semacam ini agar bisa mulai belajar menghargai kehidupan. Karena jujur saja, lewat profesi yang saya geluti saat ini, saya melihat ada banyak anak-anak yang terdidik tidak sebagaimana mestinya. Dan saya cukup prihatin untuk itu.